Penanganan penyakit merupakan manajemen yang penting dalam usaha peternakan ayam . Karena apabila terlambat menangani penyakit dapat dipastikan peternak akan merugi karena bisa terjadi gagal panen. Sebelum menangani penyakit yang terjadi pada ayam , seorang peternak harus memahami penyakit-penyakit apa saja yang sering menyerang ayam terutama penyakit dari bakteri. Setiap penyakit tentu berbeda penanganannya, jadi harus diperhatikan dan dilakukan pengobatan dengan tepat sesuai penyakit yang menyerang.
Berikut jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang sering menyerang ayam :
Penyakit CRD disebabkan oleh Mycoplasma Gallisepticum , penyakit ini dapat menyerang semua ayam tidak tidak memperhatikan umur. Penyakit CRD dapat muncul apabila kondisi kandang yang tidak baik baik seperti suhu kandang selalu berubah dratis dan kebersihan kandang buruk yang berakibat amoniak tinggi. Penularan penyakit ini cukup cepat dengan kontak langsung dengan hewan yang terkena maupun dari pakan, air, dan tempat pakan yang bersamaan dikonsumsi dengan ayam yang terkena penyakit CRD.
Tanda klinis yang dapat dilihat dari penyakit ini yaitu terdapat sekresi hidung katar dan semakin lama semakin parah, sering terdengar ngorok, dan batuk. Untuk mencegah penyakit CRD dilakukan dengan higiene, sanitasi, dan membeli keturunan ayam dari peternakan yang bebas CRD serta melakukan vaksinasi inaktif. Apabila ayam telah terkena penyakit CRD segera diobati dengan obat-obatan berupa tylosin, spiramycin, oxytetracyclin, streptomycin, spektinomisin, linkomisin, dan golongan obat kuinolon seperti enrofloksasin dan norflosasin. obat-obat tersebut berfungsi apabila penyakit masih dalam fase awal.
2. Colibacillosis Pada Unggas (Colisepticemia)
Penyakit Colisepticemia disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E.coli) yang menyerang ayam berbagai umur, namun biasanya menyerang ayam petelur berumur 3-5 minggu. Gejala klinis pada fase penyakit sudah parah yakni anoreksia dan lesu, mortalitas telur lebih tinggi dan kematian pada anakan ayam yang terkena penyakit.
Untuk mengobati ayam yang terkena penyakit ini dilakukan dengan pemberian antibiotik berupa kelompok aminoglikosida (neomisin, gentamisin), kelompok aminosiklitol (spektinomisin), kelompok polipeptida (kolistin, polimiksin), kelompok tetrasiklin (oksitetrasiklin, klortetrasiklin, doksisiklin), kelompok sulfonamide dan trimetroprim, kelompok kuinolon (asam oksolinat, flumekuin, enrofloksasin, ofloksasin, norfloksasin).
Pencegahan terhadap penyebaran penyakit ini dengan melakukan seleksi secara ketat ayam yang berkualitas pada awal pemeliharaan dan mencegah pencemaran bakteri pada air minum ataupun pakan dengan menjaga kebersihan secara rutin dan melakukan sanitasi kandang secara rutin.
3. Coryza (snot)
Penyakit Coryza pada unggas ini menyerang sistem pernapasan dan disebabkan oleh berbentuk batang yang pleomorfik tidak bergerak, bersifat gram negatif dan disebut Hemophilus gallinarum. Penyakit ini biasanya menyerang ayam berumur 14 minggu ke atas sekitar 18-23 minggu. Ayam yang terserang penyakit ini dan sedang fase produktif bertelur akan menurun produksinya 10%-40%. Penularan penyakit dapat melalui kontak langsung maupun tidak langsung, melalui kontak langsung apabila dari satu penderita atapun pembawa penyakit. Penularan melalui kontak tidak langsung dapat terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar yang selanjutnya menjadi sumber penularan. Ayam yang sembuh merupakan pembawa dan menjadi sumber penyakit selanjutnya.
Tanda-tanda ayam yang terkena penyakit yaitu ayam terlihat lesu sayap turun, keluar lendir dari hidung berwarna kekuningan, bagian muka dan mata bengkak, terdapat sisa kerak pada hidung, nafsu makan turun, Suara ngorok terdengar pada saat hewan kesulitan bernafas, dan ayam tidak tumbuh secara normal (kerdil).
Ayam yang terkena penyakit Coryza dapat diobati dengan obat golongan sulfonamide seperti sulfadimethoxine, sulfaquinoxaline, sulfamethazine semuanya efektif, tapi sulfadimethoxine merupakan obat yang paling aman dengan diberikan pada air minum.
Pencegahan yang paling baik untuk mencegah terjadinya penyakit ini adalah dengan melaksanakan sanitasi kandang dan manajemen peternakan yang baik, satu kandang diusahakan dikelompokkan pada umur yang sama.
4. Fowl Typhoid
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella Gallinarum. Penyebaran dapat melalui transovarian (vertikal) maupun horizontal melalui kontaminasi pakan atau air minum oleh feses mengandung S.gallinarum. Induk ayam yang terkena penyakit dapat menularkan ke anaknya melalui telur yang terinfeksi (vertikal).
Gejala penyakit ini pada anak ayam yaitu terlihat mengantuk, mengalami hambatan pertumbuhan, lemah, kehilangan nafsu makan dan adanya material berwarna keputihan yang melekat di sekitar kloaka, terlihat gangguan pernapasan melalui mulut akibat adanya gangguan pada paru. Pada ayam indukan ditandai penurunan konsumsi pakan yang drastis, sayap menggantung, bulu berdiri, kepala pucat dan balung yang mengerut.
Untuk mengobati ayam yang terkena penyakit ini dengan memberikan Amoxycillin, sulponamide, tetracylines, atau fluoroquinolones. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan penerapan biosekuriti, menjaga kebersihan kandang, dan pakan yang diberikan sesuai nutrisi yang baik.
5. Kolera Unggas (Fowl cholera, Avian pasteurellosis, Avian hemorrhagic septicemia, Avian cholera)
Kolera unggas adalah penyakit menular yang menyerang unggas peliharaan dan unggas liar dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi, disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida (P.multocida). Kerugian akibat penyakit kolera unggas dapat berupa kematian, penurunan berat badan, dan penurunan produksi telur. Penularan secara alami pada ayam dapat mengakibatkan kematian sebesar 10-20%.
Penularan penyakit dapat terjadi melalui sekresi hidung, mulut, atau kotoran ayam yang sakit dan melalui air minum atau tempat pakan. Kolera unggas sangat erat hubungannya dengan berbagai faktor stres, seperti pergantian cuaca yang mendadak, fluktuasi temperatur dan kelembaban, pindah kandang, potong paruh, perlakuan vaksinasi yang berlebihan, pergantian pakan yang mendadak, dan terserang penyakit yang bersifat imunosupresif ataupun penyakit parasiter. Kejadian penyakit banyak ditemukan pada periode musim kemarau panjang atau pada awal pergantian musim kemarau ke musim hujan.
6. Paratifoid (Paratipoid unggas, salmonellosis, tipus unggas)
Penyakit Infeksi paratifoid (paratifoid) disebabkan oleh bakteri Salmonella sp., penyakit ini biasa disebut dengan penyakit salmonelosis. Penularan penyakit ini dapat terjadi pada pencemaran melalui feses pada kerabang telur selama proses bertelur atau melalui tempat bertelur, litter atau inkubator. Kerugian yang disebabkan penyakit ini termasuk tinggi sehingga sering merugikan peternak.
Gejala yang kadang terlihat adalah ayam pasif, berdiri dengan satu kaki dan kepala tertunduk dengan mata tertutup, sayap menggantung dan bulu berdiri. Anak ayam yang terkena penyakit akan kehilangan nafsu makan, tetapi konsumsi air meningkat, mengalami diare dan terdapat seperti pasta yang melekat di daerah kloaka dan sekitarnya.
Pengobatan untuk ayam yang terserang salmonelosis dengan pemberian antibiotik ataupun antibakteri. Jenis obat yang dapat digunakan antara lain furazolidon, gentamisin, spektinomisin, sulfametazin dan kelompok kuinolon (asam nalidiksik atau asam oksolinat, flumekuin, enrofloksasin, norfloksasin). Karena tingkat kerugian termasuk tinggi maka diperlukan pencegahan agar tidak terjadi penyakit ini, bentuk pencegahan berupa manajemen biosekuriti serta kebersihan kandang, tempat pakan dan air, penggantian litter secara rutin agar tidak ada bakteri yang dapat berkembang.
7.Pullorum (Berak putih, Berak Kapur, Bacillary white diarehea (BWD))
Penyakit pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella Pullorum yang bersifat menular dan merugikan karena menyebabkan kematian yang tinggi pada ayam umur 1-10 hari. Penyakit ini sering terjadi pada anak ayam yang baru menetas (DOC) dengan angka morbiditas mencapai lebih dari 40% dan angka mortalitas tinggi dapat mencapai 85-100%.
Gejala yang terlihat pada anak ayam yang terkena penyakit ini adalah mata sering tertutup terlihat mengantuk sayap terkulai dan berwarna kusam, warna jengger menjadi kebiruan, nafsu makan berkurang, feses memperlihatkan diare putih nampak seperti kapur, sesak nafas, dan terjadi pembengkakan pada sendi kaki ayam. Pada ayam dewasa gejala penyakit tidak terlihat jelas , tetapi tanda-tanda yang kadang ditemui adalah depresi, kekurusan, anemia, diare, dan produksi telur menurun.
Pengobatan pada ayam yang terserang penyakit adalah dengan penyuntikan antibiotik seperti cocillin, neo terramycin ke dada ayam, namun obat-obat ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tetapi tidak dapat menghilangkan penyakit tersebut. Ayam yang sudah terinfeksi parah langsung dimusnahkan untuk menghindari adanya carrier yang bersifat kronis.
Pencegahan yang dapat dilakukan dengan sanitasi dan tata laksana perkandangan. Sebelum kandang dipakai harus dibersihkan dan dilabur dengan kapur atau disemprot dengan larutan desinfektan yang lengkap. Penggunaan litter harus tetap kering, apabila sudah sangat kotor dan basah segera diganti dan tetap dijaga kebersihan serta ventilasi yang baik. Kandang diusahakan bebas dari hewan-hewan yang dapat memindahkan penyakit pullorum seperti burung gereja dan sebagainya. Membersihkan selalu halaman, tempat makanan dan hindari dari sisa makanan. Telur tetas dan anak-anak ayam harus berasal dari peternakan yang bebas pullorum.
Comments